Setiap akhir semester saat menerima rapor adalah hari yang paling dinantikan oleh para peserta didik. Bukan cuma peserta didik, guru dan orang tua juga biasanya exciting saat tibanya pembagian raport. Saat menjadi wali kelas saya sering mendapatkan pertanyaan dari orang tua tentang anak-anaknya. Biasanya saya akan menyampaikan informasi umum terkait kondisi kelas dan jawaban lebih detail tentang anak yang bersangkutan. Pernah, ada juga orang tua yang gak cuma menanyakan anaknya tetapi juga menanyakan anak orang lain. Plus “penyedap” pula soalnya dia gak sepintar anak saya lho Bu Guru. Ada yang meminta bisa tolong fotokan leger kelas anak saya? Seperti yang kita ketahui di format e-raport sekarang gak ada kolom jumlah nilai. Jika ingin tahu berapa jumlah nilai kita harus menghitung sendiri dengan menjumlahkan semua nilai yang ada di raport. Biasanya nilai pengetahuan saja yang dihitung. Di leger nilai pun sebenarnya tidak ada kolom jumlah nilai, tapi biasanya wali kelas menambahkan data tersebut untuk tujuan pemetaan. Permendikbud Ristek 1 Tahun 2021 tentang PPDB pada TK, SD, SMP, SMA, dan SMK menyebutkan bahwa PPDB untuk SD, SMP, dan SMA dilaksanakan melalui jalur pendaftaran PPDB zonasi, afirmasi, perpindahan tugas orang tua/wali dan atau prestasi dengan persentase sesuai yang sudah diatur pada pasal 13. Jalur Prestasi menjadi jalur prestasi yang presentasenya paling kecil jika dibandingkan dengan jalur yang lain.
Prestasi itu tentu saja penting karena dapat memberikan gambaran hasil pembelajaran yang sudah dilakukan. Menurut Sardiman AM (2011) setiap siswa yang belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan. Karena proses penyusutan dan pengurangan muncul suatu pola tingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis. Prestasi ini bisa diketahui dengan melakukan evaluasi terhadap pembelajaran. Dengan mengetahui prestasi peserta didik guru dapat melakukan tindak lanjut untuk melakukan perbaikan ataukah mempertahankan strategi belajar yang digunakan. Sedangkan perangkingan digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Data tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memetakan siswa dalam kelompok belajar yang sesuai sehingga pembelajaran yang diberikan juga bisa disesuaikan.
Apakah peringkat kelas itu penting? saya pernah menanyakan hal ini kepada peserta didik saya. Dan saya mendapatkan jawaban beragam. Menurut Ngurah yang langganan juara di kelasnya prestasi itu penting Bu. Nilai saya harus selalu bagus supaya saya tetap bisa melakukan hobi saya yang lain yaitu bermain sepak bola. Kalau tidak Ayah mungkin akan memaksa saya belajar lebih keras dan tidak membolehkan saya pergi bermain bola. Saya memperhatikannya mimiknya saat bercerita. Apa kamu happy? kata saya lagi. Biasa aja sih Bu, kalau gak begitu mungkin saya akan jadi pemalas. Saya lebih fokus belajar di tempat les. Dirumah saya cuma bermain, nonton, atau kumpul keluarga. Ngurah fine saja dengan kesepakatan yang dia buat dengan Ayahnya. Ari beda lagi, kalau saya yang penting semua nilai diatas KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Bu. Aman. Cuman saya malu juga kalau mepet-mepet banget sama KKM berasa gak belajar di sekolah. Kalau Ratih, saya paling suka pelajaran Bahasa Inggris Bu. Gampang. Nilai Bahasa Inggris saya paling tinggi dibandingkan mapel yang lain. Ada gak anak-anak yang belajarnya harus disuruh dulu? dan banyak yang angkat tangan sambil senyum-senyum. Ketika ditanya alasannya apa mereka sepakat menjawab mungkin karena kebanyakan main Hape Bu. Padahal buka HP kan bisa lihat pelajaran juga ya gak Bu?. Berlama-lama dengan HP bukan kebiasaan anak-anak saja. Kita orang tua juga sebelas dua belas (maksudnya saya) ada saja yang bisa kita kerjakan. Dan ketika ditanya tentang ranking kelas mereka sepakat bilang gak penting-penting amat. Katanya sekolah itu mau happy, gak beban, tapi bikin pintar. Nah, PR banget nih bagi saya sebagi Guru dan sebagai orang tua.
Implementasi Kurikulum Merdeka sejak Fenruari 2022 mencoba mengakomodir kebutuhan belajar peserta didik mengikuti gaya belajarnya. Raport pada Kurikulum Merdeka tidak mencantumkan rangking. Tidak ada perbedan nilai pengetahuan dan nilai keterampilan setiap mata pelajaran seperti yag ada di K13. KKM juga tidak disertakan. Sudah saatnya kita membangun kembali motivasi belajar anak-anak bukan semata dari ranking-nya. Tetapi bagaimana kita membantu mereka menggali potensi diri yang bisa dikembangkan. Karena setiap anak unik dan mereka punya bakatnya masing-masing. Anak-anak kita perlu berada di kelas yang merdeka dimana mereka dapat berkolaborasi dengan teman-temannya. Guru bersama orang tua hendaknya menjadi pembimbing bagi peserta didik untuk pembelajaran yang bermakna. Bagaimana menurut anda? Apa rangking kelas itu penting? Tulis di kolom komentar ya!
Mantap lanjutken
BalasHapus